Feromon Semut, Pengertian Serta Fungsinya

Kadang-kadang tidak ada gula pun tetap ada semut, seekor semut ada di mana-mana. Dalam sebuah sarang semut, biasanya dihuni oleh 1 koloni yang memiliki seekor ratu. Ratu semut ini adalah induk dari semua semut yang ada di sarangnya. Kadang-kadang ada juga semut dari koloni lain. Ada yang beda spesisesnya, ada juga dari spesies yang sama. Apakah para semut dapat membedakan semut mana yang dari koloninya atau yang bukan?

Sekelompok semut sangat ahli dalam membedakan aroma tubuh kerabatnya. Hasil studi para peneliti dari University of California, Riverside, menunjukkan para serangga itu punya kemampuan tingkat tinggi untuk mendeteksi perubahan kimia feromon yang dikeluarkan semut lain. Semut memiliki kehidupan sosial yang teratur, kehidupan teratur itu memang sebagai kebutuhan dari kehidupannya yang dikenal dengan bergotong-royong dan para semut memiliki cara komunikasi yang baik.

Semut-semut tersebut memiliki sensor di kepalanya yang memiliki muatan kimia dan sinyal visual yang dikirimkan dan dikenali kepada jutaan koloni semut lainnya. Otaknya sendiri memiliki setengah juta sel saraf yang terhubung ke mata majemuk dan antena yang befungsi sebagai hidung dan alat peraba.

Bahkan jika kita sadari semut memiliki beraneka macam metode untuk berkomunikasi dengan sensor sensitifnya. Mereka menggunakan organ tersebut ketika para semut menemukan sumber makanan dan menemukan koloni lainnya. Cara berkomunikasi semut tersebut berada pada tingkat kimiawi yang dikenal sebagai feromon, yakni senyawa kimia yang dirasakan oleh bau dan disekresikan oleh kelenjar internal.

Pengertian Feromon Semut

Feromon adalah salah satu senyawa kimia hidrokarbon yang memiliki peranan penting dalam sistem komunikasi serangga termasuk semut. Feromon berasal dari bahasa Yunani (Pherein; membawa atau mentransfer, Hormone; ransangan). Zat ini berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat memengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).

Feromon diproduksi dan disimpan di dalam kelenjar khusus yang terletak di kepala semut, toraks, gaster dan kaki. Semut memiliki antena yang sangat reseptif terhadap aroma luar yang membantu mereka mengenali dan membedakan feromon yang berbeda. Ini berarti bahwa beberapa spesies semut memiliki kemampuan menangkap feromon yang dikeluarkan oleh koloni-koloni asing (misalnya kupu-kupu).

Dijelaskan dalam jurnal Cell Reports, bahwa sensor antena tidak sekadar membedakan mana kawan atau lawan. Para peneliti menguji reaksi semut pada aroma berbeda dengan menempelkan elektroda kecil pada antenanya. Kemudian semut-semut itu diberi sedikit tiupan beberapa jenis hidrokarbon. Elektroda itu berfungsi seperti sensor yang menunjukkan semut bereaksi terhadap bau tertentu. Peneliti menemukan bahwa semut sangat sensitif terhadap perubahan kimia dan saraf sensor, mereka mampu merespons beragam perbedaan kecil dari bau hidrokarbon.

Penelitian itu juga menunjukkan semut-semut bisa mengenali aroma menarik yang sebelumnya memancing mereka mendapatkan makanan. Ini adalah kemampuan unik dari serangga sosial yang hidup dalam sebuah koloni besar. Asisten profesor bidang entomologi di University of California, Riverside. Jika aroma yang terpancar terlalu kuat, semut bisa kebingungan. Menggunakan aroma dengan volatilitas tinggi untuk mengenali sesamanya akan membuat situasi jadi kacau.

Fungsi Feromon Semut

Nah, pada saat seekor semut menemukan bahan makanan yang ukurannya terlalu besar, namun tak mungkin semut tersebut membawanya. Maka seekor semut tersebut akan mengeluarkan zat feromon untuk meminta bantuan teman-temannya. Jika jumlah hewan semut telah cukup, maka mereka akan menggotongnya (bekerja sama) beramai ramai ke sarang. Semut yang menemukan sumber makanan meninggalkan jejak senyawa kimia (Feromon) di tanah melalui sengat pada bokongnya.

Jejak yang dibuatnya membantu teman-temannya menemukan sumber makanan. Namun uniknya, semut yang menemukan jejak zat feromon dari semut lain untuk menuju sumber makanan mampu menemukan jalan kembali yang lebih singkat. Biasanya para pencari makanan (semut penemu sumber makanan) berkelok kelok dan panjang, tapi jejak semut berikutnya akan membentuk garis lurus yang lebih singkat.

Nah, pertanyaan bagaimana bisa semut melakukannya? Ternyata semut menjadikan Matahari sebagai kompas dan cabang pohon atau tanda alam lainnya sebagai penunjuk jalan. Seekor semut mengingat tanda-tanda tersebut dengan baik dan cepat, bahkan semut yang pergi mencari makan pada pagi hari dan baru kembali pada malam harinya pun akan tetap mengenali tanda tanda yang dilauinya meskipun kondisi alam telah berubah.

Ada banyak fungsi dari feromon ini, di antaranya sebagai jejak menuju sumber makanan dan sebagai zat tanda bahaya yang disekresikan (ditetapkan) saat musuh menyerang. Ketika semut menggigit, seekor semut akan meninggalkan feromon ini sebagai penanda bagi koloninya bahwa ada bahaya yang mengancam para semut tersebut. Banyak serangga yang memiliki zat feromon, Akan tetapi masing-masing memiliki fungsi yang serupa tapi tak sama. Sebagai contoh, semut menggunakan feromon untuk meninggalkan jejak, sedangkan kupu-kupu menggunakan Feromon untuk menarik lawan jenis.

Jenis-jenis Serangga Yang Memiliki Feromon

Feromon pertama ditemukan di Jerman, oleh Adolph Butenandt ilmuwan yang juga menemukan hormon seks pada manusia yaitu estrogen, progesteron dan testosteron. Ketika pertama kali ditemukan pada serangga, feromon banyak dikaitkan dengan fungsi reproduksi serangga. Penemu zat feromon pertama kalinya pada hewan (serangga) adalah Jean Henri Fabre ketika pada satu musim semi tahun 1870 an pengamatannya pada ngengat ‘Great peacock’. Ngengat betina keluar dari kepompongnya dan diletakkan di kandang kawat di meja studinya.

Nah pada saat malam hari, Fabre menemukan bahwa pada lusinan (banyak) ngengat jantan berkumpul merubung kandang kawat di meja studinya. Tentu Fabre sangat bingung, bagaimana bisa ngengat jantan menyampiri meja studinya yang terdapat ngengat betina didalam kandang tersebut.

Lalu Fabre menghabiskan tahun-tahun berikutnya mempelajari bagaimana ngengat-ngengat jantan menemukan betina-betinanya. Dengan menghabiskan waktu bertahun-tahun atas penelitian ini, akhirnya Fabre sampai pada kesimpulan bahwa terdapat zat kimia yang dihasilkan ngengat betina, yang baunya menarik ngengat-ngengat jantan. Nah, itulah awal mula penelitian mengenai Feromon dan dibawah ini terdapat beberapa hewan yang memiliki zat feromon.

1. Lebah Madu

Ratu memiliki feromon khusus yang disebut zat ratu yang digunakan untuk mengatur sarangnya. Lebah mengeluarkan feromon untuk mengkomunikasikan banyak hal yang berbeda. Feromon merangsang atau menekan perilaku dan juga dapat digunakan untuk mengingatkan sarang pada penyusup.

2. Rayap

Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, rayap mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.

Di samping feromon penanda jejak, para pakar etologi (perilaku) rayap juga menganggap bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromones).

Misalnya, terhambatnya pertumbuhan/pembentukan neoten disebabkan oleh adanya semacam feromon dasar yang dikeluarkan oleh ratu, yang berfungsi menghambat diferensiasikelamin. Segera setelah ratu mati, feromon ini hilang sehingga terbentuk neoten-neoten pengganti ratu. Feromon dasar juga berperan dalam diferensiasi pembentukan rayap pekerja dan rayap prajurit, yang dikeluarkan oleh rayap reproduktif.

3. Kupu-kupu

Ketika kupu-kupu jantan atau betina mengepakkan sayapnya, saat itulah feromon tersebar diudara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak akan merespons terhadap feromon yang dikeluarkan betina atau jantan dari spesies yang berbeda.

Dan itulah informasi mengenai pengertian feromon pada semut. Kelompok semut adalah sebuah keajaiban alam, kesempurnaan evolusi yang muncul dalam wujud kolaborasi atau kerjasama yang baik, kerjasama erat dan pembagian kerja yang efektif, perilaku semut nyaris tanpa tanding. Untuk itu demikianlah ulasan yang ada diatas, semoga memberi manfaat bagi pembaca.

Author: Virgil Howell

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *